RELEVANTNEWS,
Garut, Tarogong Kidul – Upaya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut dalam menanggulangi stunting dibahas dalam Talkshow Forum Komunikasi dan Solusi (FOKUS) Vol. 74 Radio Intan Garut di Kantor UPT Penyiaran Radio Diskominfo Garut, Jalan Patriot, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Kamis (4/12/2025).
Menghadirkan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Kabupaten Garut, Yayan Waryana, dan Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Tri Cahyo Nugroho, dengan Kang Ebenk sebagai host.
Kepala DPPKBPPPA Kabupaten Garut, Yayan Waryana, menjelaskan bahwa Garut pernah berada di angka stunting tertinggi se-Jawa Barat pada tahun 2021, yakni 35,2%.
"Alhamdulillah kita bersama dengan berbagai pihak tentunya intervensi spesifik berpadu dengan intervensi yang sensitif sehingga muncullah inovasi (Temukan Obati Sayangi Stunting) TOSS," jelas Yayan.
Berkat upaya tersebut, angka stunting di tahun 2022 berhasil turun drastis menjadi 23,6%. Yayan menjelaskan, penurunan signifikan ini dicapai setelah penimbangan balita menghasilkan data by name by address.
"Itulah yang kami intervensi secara langsung karena sudah tahu siapa orangnya dan di mana tempat tinggalnya. Maka dengan sangat mudah serta ketika kita temukan, maka kita obati, sayangi balita-balita stunting sehingga turunlah menjadi 23,6%," tambahnya.
Meskipun sempat ada kenaikan menjadi 24,1% pada 2023 berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI), hasil terbaru dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2024 menunjukkan penurunan tertinggi se-Jawa Barat, yaitu sebesar 9,9%, sehingga angka stunting Garut kini berada di 14,2%.
"Dinyatakan Kabupaten Garut terendah ke-6 dari 27 Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat dan bertekad di tahun 2025 kita turun dari 14,2% karena target Nasional itu adalah 14%," pungkasnya. Angka ini menempatkan Garut di bawah rata-rata Jawa Barat (15,9%) dan rata-rata Nasional (19,8%).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Garut, Tri Cahyo Nugroho, menyikapi dinamika data stunting dengan menekankan pentingnya intervensi spesifik dan sensitif. Ia menyoroti akar masalah stunting yang terjadi ketika ibu hamil kekurangan gizi, sehingga janinnya pun kekurangan gizi dan berpotensi melahirkan bayi stunting.
"Kita menginginkan zero New Stunting dan jangan sampai bayi yang lahir itu stunting," tegas dr. Tri Cahyo.
Ia menjelaskan bahwa target intervensi utama adalah memastikan tidak ada bayi baru lahir yang stunting karena intervensi berikutnya akan jauh lebih ringan. Ia mengajak seluruh orang tua, terutama ibu, untuk memastikan pemenuhan gizi dari makanan dan kualitas sanitasi lingkungan (terutama air bersih).
"Kami menginginkan Zero New Stunting dan jangan sampai bayi yang lahir itu stunting sehingga target-target kita tidak melihat bagaimana stunting di Kabupaten Garut turun, justru kita bagaimana ibu hamil tidak melahirkan bayi yang stunting," tutupnya.
